Berjanjilah padaku, kau akan merindukanku seharum hujan dalam puisi
Jarak kita, sayang, riak cinta membayang dalam doa dan kalam
Masih aku dzikirkan rindu ini, lirih ketika jiwa hampir berdebu dan membatu
Lihatlah kerling langit yang hening, derit kata melunta dalam cuaca
Kita mengecil dalam rahasia, usia menggigil dalam bahasa
Hidup adalah deru yang menyimpan seribu jalan menikung.
Di sanalah, kau dan aku, bersahutan tanpa sentuhan dan perjumpaan
Kita hanya hadir dalam gulir ingatan yang deras pada
napas hujan dan hempas bayangan.
Aku takut, keberanianku ditelan kabut semudah nyawa direnggut maut
Jauh tertinggal, lenguh sesal tersengal seperti temali ajal di leher kekal
Aku seperti telah kehilanganmu sebelum sempat menjumpaimu
Telah muram mimpi dalam kasidah sepi ketika wajah tengadah
menerjemahkan lelah dan kalah
Terpejamlah, terpejam seperti mata malam yang sunyi
Betapa mata hati memiliki berjuta pandang pada hakikat
Kerinduan adalah rekah keindahan, cinta adalah kekuatan
Maka Kita pun begitu dekat mempererat isyarat,
Jiwa pun meringkas batas-batas cemas dan kesedihan.
Nyanyimu mengkristalkan bunyi yang pejal dalam lengang sunyiku
Aku bangkit dari langit yang sempit, mendekap suaramu dalam temaram
“Harapan adalah nyanyian kehidupan,
sentuhan tangan-tangan Tuhan dalam kesunyian…”
Masih mengalir rindu ini, meski ringkih dalam tabir hati yang sendu dan sunyi
Berjanjilah padaku, kau akan menemaniku sehalus jingga dalam senja
Dan hati kita, sayang, serupa kata dan makna, tak henti mengurai arti dan pesan
Betapa ingin aku datang padamu dan menikahi wajah hatimu
Maka terpejamlah, terpejam seperti mata malam yang sunyi…
0 komentar:
Posting Komentar